Januari 13, 2011

Share, Olah Digital

Salah satu contoh pengolahan sederhana, tanpa melakukan selection. File asli beserta langkah dan hasilnya disertakan, bisa diulang dengan hasil sama.

Foto milik sdr Jaka B.S. dari Banggai, sebagai contoh foto dengan background yang hampir seragam warnanya, dan punya beda spektrum cukup jauh dengan obyek utamanya. Warna yang menyolok dan dominan namun bukan obyek utama, umumnya menimbulkan color cast yang perlu dikoreksi. Pada foto tersebut saya lakukan retouch hanya melalui filter penajaman dan Curve.

Foto Asli

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=1263182555438&set=a.1041936064414.5971.1705974260

Langkah pertama,

penajaman memakai filter "Smart Sharpen".

Prosentasi penajaman (Amount) didapat 70% berdasar kenampakan visual pada fotonya. Namun perlu diingat, foto resolusi rendah umumnya penajamannya akan berada pada angka kurang dari 80%.

Smart Sharpen

Hasil penajaman

Hasil Smart Sharpen 70%

Langkah kedua, menurunkan intensitas warna hijau dari background, juga untuk menurunkan color cast darinya, melalui "Curve"

Langkah ketiga, mengatur gelap terang melalui "Curve" tadi, supaya dimensi dan ketajaman makin optimal. Secara menyeluruh warnanya juga menjadi lebih "matang".

Curve, Chanel Green
Curve, Chanel RGB

Hasil akhir

Hasil Smart Sharpen dan Curve

Foto Asli (pembanding)

mudah bukan?

Semoga tidak menyesatkan

==========================

SEKILAS TENTANG OLAH DIGITAL

Proses tampilnya karya foto sebenarnya melalui 3 tahap:

1. pengambilan gambar, membuat foto

2. proses

3. tampilkan (cetak/layar)

Pada masa fotografi seluloid (film), pemotret umumnya hanya melakukan tahap pertama, sehingga sebagian orang menganggap karya foto adalah sesuatu yang tampak dalam view finder saat tombol rana/shutter ditekan, selebihnya adalah proses. Waktu itu tahap ke 2 dan 3 jarang dilakukan sendiri karena sangat jarang orang punya lab pemrosesan sendiri (kamar gelap dan perangkatnya). Namun idealnya fotografer juga harus menguasai teknik kamar gelap, supaya hasilnya bisa sesuai keinginan. Fotografi digital lebih memungkinkan ketiga tahap tadi dilakukan fotografer.

Satu hal yang perlu diingat dalam olah digital adalah, bahwa proses tersebut hendaknya hanya sebagai penolong, penyempurna dari sesuatu yang sangat sulit dilakukan saat pemotretan. Jangan jadikan software pengolah sebagai alat utama dalam menghasilkan foto. Sehingga dalam setiap pemotretan, lakukan dengan suatu kepastian, dengan konsep, bukan hasil coba-coba. Pada pemotretan seperti itu, kalau pun memerlukan olah digital, umumnya hanya pengolahan sederhana.

Olah digital sederhana (basic editing) umumnya bisa diterima siapa pun. Karena hal ini juga hampir selalu dilakukan pada jaman pemotretan memakai film, terutama koreksi atas under/over exposure. Orang yang tidak bisa menerima basic editing, harusnya tidak memakai kamera digital,apalagi kamera poket. Kalau pun memakai hanya dalam format file RAW. Beberapa proses basic editing secara default dilakukan oleh prosesor kamera digital saat dalam mode JPEG, misal: penajaman (sharpen), noise reduction, dsb. Bahkan pada kamera poket, koreksi distorsi perspektif lensa pun hampir selalu dilakukan prosesornya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar